Judul : Penyebab Sulitnya Belajar Bahasa Inggris
link : Penyebab Sulitnya Belajar Bahasa Inggris

Dua mahasiswa UMY, Aisyah Mumary dan Aristianto dalam 13th Asia TEFL International Conference di China. (Foto: dok. UMY)
JAKARTA - Ada orang yang mudah mempelajari bahasa hingga menguasai lebih dari satu bahasa asing. Ada juga orang yang kesulitan memahami pelajaran bahasa asing paling umum sekalipun, yaitu bahasa Inggris.
Dua mahasiswa Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY) yaitu Aisyah Mumary Songbatumis dan Aristianto meneliti hal tersebut dan menuangkan hasilnya dalam makalah bertajuk "Reinforching Intercultural Awareness Teaching in EFL Classroom True Clarify The Types and Advance". Ternyata, satu hal utama yang sering menjadi kesulitan para pembelajar bahasa Inggris adalah minimnya pemahaman akan budaya asli lawan bicara.
Aisyah menjelaskan, penelitian tersebut dilatarbelakangi pengalaman mereka saat belajar bahasa Inggris. Di antara masalah pembelajar bahasa Inggris adalah, meski mahir menggunakannya, banyak yang kesulitan menguasai budaya lawan bicara mereka, misalnya ketika menghadapi turis.
Dua mahasiswa Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY) yaitu Aisyah Mumary Songbatumis dan Aristianto meneliti hal tersebut dan menuangkan hasilnya dalam makalah bertajuk "Reinforching Intercultural Awareness Teaching in EFL Classroom True Clarify The Types and Advance". Ternyata, satu hal utama yang sering menjadi kesulitan para pembelajar bahasa Inggris adalah minimnya pemahaman akan budaya asli lawan bicara.
Aisyah menjelaskan, penelitian tersebut dilatarbelakangi pengalaman mereka saat belajar bahasa Inggris. Di antara masalah pembelajar bahasa Inggris adalah, meski mahir menggunakannya, banyak yang kesulitan menguasai budaya lawan bicara mereka, misalnya ketika menghadapi turis.
Baca Juga
"Kami mengambil kesimpulan, ada kelemahan atau minimnya penguasaan budaya kita terhadap lawan bicara kita saat menggunakan bahasa Inggris," ujar Aisyah, seperti dikutip dalam keterangan tertulis UMY, Sabtu (21/11/2015).
Dalam makalah tersebut, Aisyah dan Aristianto pun mengajukan saran, mengingat pentingnya pemahaman budaya, maka hal itu harus diajarkan dalam pelajaran bahasa Inggris.
Saat meneliti, keduanya mewawancarai mahasiswa asing di Indonesia atau mereka yang sedang menjalani pertukaran pelajar ke luar negeri. Penelitian yang menggunakan metode kualitatif itu menghasilkan enam tipe budaya yang sering terjadi ketika seseorang berkomunikasi dengan orang lain yang berasal dari luar negeri.
"Enam poin itu language experience, daily interactions, local culture, behaviors, attitude and norms, dan academic," jelas Aisyah.
Aris menambahkan, hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa berkomunikasi dalam bahasa Inggris disertai pemahaman akan budaya lawan bicaranya akan sangat bermanfaat bagi seseorang.
"Karena dengan begitu mereka akan memiliki pemahaman terkait keragaman (understanding diversity), pengembangan diri (personal enrichment), bahkan dapat pula meningkatkan prestasi akademisnya (academic acievement), kemampuan berkomunikasi (improving communication ability), mencerminkan budaya seseorang (reflection one's culture) dan dapat mengurangi konflik budaya yang terjadi dalam kehidupan sehari-hari (decreasing culture conflict in daily activity)," papar Aris.
Penelitian ini mengantarkan keduanya menjadi peserta 13th Asia TEFL International Conference (Creating the Future for ELT in Asia: Opportunities and Directions) di Nanjing International Youth Cultural Center, Nanjing, China, awal bulan lalu. Mereka menjadi satu-satunya peserta jenjang sarjana yang memamerkan hasil riset. Sedangkan peserta konferensi lainnya merupakan para pakar bergelar master bahkan doktor.
Dalam makalah tersebut, Aisyah dan Aristianto pun mengajukan saran, mengingat pentingnya pemahaman budaya, maka hal itu harus diajarkan dalam pelajaran bahasa Inggris.
Saat meneliti, keduanya mewawancarai mahasiswa asing di Indonesia atau mereka yang sedang menjalani pertukaran pelajar ke luar negeri. Penelitian yang menggunakan metode kualitatif itu menghasilkan enam tipe budaya yang sering terjadi ketika seseorang berkomunikasi dengan orang lain yang berasal dari luar negeri.
"Enam poin itu language experience, daily interactions, local culture, behaviors, attitude and norms, dan academic," jelas Aisyah.
Aris menambahkan, hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa berkomunikasi dalam bahasa Inggris disertai pemahaman akan budaya lawan bicaranya akan sangat bermanfaat bagi seseorang.
"Karena dengan begitu mereka akan memiliki pemahaman terkait keragaman (understanding diversity), pengembangan diri (personal enrichment), bahkan dapat pula meningkatkan prestasi akademisnya (academic acievement), kemampuan berkomunikasi (improving communication ability), mencerminkan budaya seseorang (reflection one's culture) dan dapat mengurangi konflik budaya yang terjadi dalam kehidupan sehari-hari (decreasing culture conflict in daily activity)," papar Aris.
Penelitian ini mengantarkan keduanya menjadi peserta 13th Asia TEFL International Conference (Creating the Future for ELT in Asia: Opportunities and Directions) di Nanjing International Youth Cultural Center, Nanjing, China, awal bulan lalu. Mereka menjadi satu-satunya peserta jenjang sarjana yang memamerkan hasil riset. Sedangkan peserta konferensi lainnya merupakan para pakar bergelar master bahkan doktor.
Mantep kan mas brow artikel :Penyebab Sulitnya Belajar Bahasa Inggris
,.. Penyebab Sulitnya Belajar Bahasa Inggris kali ini, mudah-mudahan bisa memberi manfaat untuk anda semua. baiklah kalau Blegitchu, sampai jumpa di postingan artikel lainnya Jangan lupa Share yaaa. Kawulo Alit manunggaling Gusti..
Donasi web ini silahkan hubungi aksarakuning@gmail.com, seikhlasnya, yang penting membantu membangun dan mencerdaskan kehidupan bangsa.
Anda sekarang membaca artikel Penyebab Sulitnya Belajar Bahasa Inggris dengan alamat link https://pendidikan-tld.blogspot.com/2015/11/penyebab-sulitnya-belajar-bahasa-inggris.html
0 Response to "Penyebab Sulitnya Belajar Bahasa Inggris"
Posting Komentar